"This is not about miles, every mountain has its own beauty to climb"

Latest

2013 in review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2013 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

The concert hall at the Sydney Opera House holds 2,700 people. This blog was viewed about 15,000 times in 2013. If it were a concert at Sydney Opera House, it would take about 6 sold-out performances for that many people to see it.

Click here to see the complete report.

Karimunjawa, Surga Bawah Laut Perairan Jawa (Part 2)

Perairan Karimunjawa

Perairan Karimunjawa

02 Januari 2012

Malam yang nyenyak bagi saya, rasa capek dengan kegiatan kemarin sudah terbayar. Pagi yang cerah menyambut hari ketiga di Karimunjawa bersama teman-teman. Memulai hari dengan membersihkan diri dan sarapan pagi yang nikmat sungguh membangkitkan energi positif. Pukul 09.00 kami sudah berkumpul di dermaga lagi untuk melanjutkan explorasi di Kepulauan Karimunjawa yang lainnya. Tujuan kami hari ini adalah Pulau Gosong, Pulau Gosong Tengah, Pulau Kecil, Pulau Tengah yang berada di sisi barat Pulau Karimun.

Dalam perjalanan menuju Pulau Gosong, saya melewati Pulau Batu dan Pantai Legon Lele yang menjadi perlabuhan saya dan Denta pertama kali di Karimunjawa. Jadi teringat perjuangan selama perjalanan Jawa – Karimun. Pulau Karimunjawa masih didominasi dengan hutan-hutan lebat di sisi bukit-bukit yang tinggi. Hanya pesisir-pesisir Karimunjawa saja yang menjadi pemukiman penduduk.

Pulau Gosong

Pulau Gosong

Pulau Gosong

Empat puluh lima menit berlalu, akhirnya perahu kami sampai di Pulau Gosong. Pulau yang hanya berupa gundukan pasir putih di tengah lautan ini sungguh eksotis sekali. Lebar pulau ini hanya sekitar 3 meter. Langit biru yang cerah dengan semburat awan putih menambah sempurna panorama yang tersaji. Menurut informasi dari awak kapal kami, pulau ini akan tenggelam jika air laut sedang pasang. Mengabadikan foto di Pulau Gosong seperti film-film hollywood skenario terdampar di Pulau yang berada di tengah lautan. Read the rest of this page »

Karimunjawa, Surga Bawah Laut Perairan Jawa (Part 1)

Surga Dunia

Surga Dunia

31 Desember 2011

Jepara

Sepuluh jam, saya masih saja duduk di bangku bus jurusan Jepara. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.00 tetapi bus ini masih belum juga sampai di Jepara. Seharusnya subuh saya sudah bersama teman-teman di dermaga kartini. Anas, Noko, Imam dan Indri sudah bertemu dengan Mas Kuntet, guide kami di Karimunjawa. Menurut informasi dari Anas, kapal ferry KMP Muria Jepara – Karimun yang hanya beroperasi dua kali dalam seminggu sudah penuh sesak dan pintu kapal telah di tutup. Mereka sudah berada di atas kapal dan saya masih duduk bersama Denta di dalam bus.

Otak terus berputar mencari jalan keluar. Ada pikiran terbesit untuk balik dan meneruskan perjalanan ke kampung halaman. Informasi dari Anas bahwa ada kapal nelayan atau tongkang yang biasanya beroperasi dalam penyeberangan Jepara – Karimun. Harapan mulai muncul ketika rombongan dari Andre, teman kantor saya juga ikut ketinggalan Kapal Ferry juga.

 Peta Karimunjawa

Peta Karimunjawa

Dermaga Kartini

Dermaga Kartini menjadi pertemuan saya dengan rombongan Andre. Beberapa nelayan menawarkan carter perahu kecil ke Karimun. Petugas ASDP sempat ada yang mengingatkan kami, tentang keselamatan dan keamanan menaiki perahu kecil. Namun hal ini tidak menyurutkan kami untuk tetap berangkat ke Karimunjawa hari itu juga. Akhirnya carter perahu nelayan sebesar dua juta, kami ambil dan kami bagi berdua belas orang.

Kami dibawa menuju ke dermaga di belakang kampung nelayan yang berada 3-4 Km dari Pantai Kartini. Ketika perahu nelayan yang dimaksud berlabuh mendekati dermaga, saya merasa sangsi dan tidak percaya. Rupanya perahu nelayan yang akan dipakai menyeberang adalah perahu kecil milik nelayan Karimun. Dengan penuh keterpaksaan dan tidak memiliki pilihan yang lain, akhirnya saya dan Denta ikut perahu ini menuju Karimunjawa. Perahu nelayan yang kecil,  tanpa pelampung di badan, mengarungi lautan ke arah barat laut Kabupaten Jepara sejauh kurang lebih 83 Km. Read the rest of this page »

Beijing – Shanghai, China Part 1

Alangkah beruntungnya saya, ketika semua hasil kerja keras project di kantor membawa saya ke Negeri Tirai Bambu. Tidak pernah terbayang sebelumnya, tetapi saya berharap ini tidak menjadi akhir dari impian yang saya punya.

Tembok Besar China

Tembok Besar China

14 September 2011,

Untuk pertama kalinya saya melakukan penerbangan ke luar negeri. Pukul 24.00 dijadwalkan saya dan beberapa teman kantor yang mendapatkan reward project melakukan penerbangan ke Filipina menggunakan Philippine Airline. Sejenak meninggalkan Indonesia, tanah yang selalu saya cintai.

15 September 2011,

Ninoy Aquino International Airport

Kami transit terlebih dahulu di Manila untuk berganti pesawat Philippe Airline rute Manila – Beijing. Pemandangan yang menakjubkan terlihat dari jendela pesawat. Terlihat gugusan pulau Filipina yang masih hijau. Apalagi sinar-sinar matahari pagi mulai menembus awan di Filipina. Pukul 06.00 waktu Filipina (GMT +8) kami sampai di Ninoy Aquino International Airport.

Beijing Capital International Airport

Bandara international yang modern dan luas sehingga ketika kami turun dari pesawat melihat bandara ini sangat terkesan sepi. Waktu di Beijing sama dengan Filipina, sehingga selisih satu jam lebih cepat dari Jakarta. Pukul 12.00 waktu Beijing, kami di jemput oleh tour guide dari China di Beijing Capital International Airport menggunakan bus. Hal yang unik adalah tour guide di sini sudah bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Read the rest of this page »

Catatan Perjalanan Gunung Rakutak, Jembatan Tipis Menuju Puncak

Melintasi Kebun Penduduk, Background Puncak Rakutak

Melintasi Kebun Penduduk, Background Puncak Rakutak

Rakutak, nama aneh yang pernah saya dengar. Ide untuk menjelajahi gunung ini berawal dari ketertarikan saya atas jalurnya yang ekstrim dan pemandangan lampu kotanya yang fantastis. Tak banyak data yang bisa diperoleh dari media internet, menunjukkan gunung ini memang masih belum populer. Bahkan beberapa orang Bandung yang saya kenal, tidak pernah tahu ada Gunung Rakutak di Bandung.

Gunung Rakutak berada di Kabupaten Bandung Selatan, arah tenggara dari kota Bandung. Posisi di peta bisa dilihat di sini. Secara administratif Gunung Rakutak masuk Kec. Pacet, Kab. Bandung, Jawa Barat. Jarak dari pusat kota Bandung sekitar 45 Km dan jika dari kota Majalaya sekitar 20 Km. Kawasan gunung Rakutak tepatnya lembah Geber, pernah menjadi saksi penangkapan pimpinan DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo oleh Kompi C Batalyon 328 Kujang II/Siliwangi pada 4 Juni 1962. Read the rest of this page »

Catatan Perjalanan Gunung Pangrango – Melintasi Malam di Negeri Pangrango

24 Juli 2011,

Bang Rudy yang membangunkan ku dari lelapnya dekapan Pangrango. Yang terasa hanya dingin, masih mencoba membuka mata dan melepaskan badan dari sleeping bag. Sungguh tidak rela jika harus membuka sleeping bag.

“Ayo bangun, bangun, bangun! Jadi ke puncak nggak?” Seruku.

Perlahan tapi pasti satu persatu keluar tenda untuk menyesuaikan diri. Tenda kami biarkan berdiri, semua peralatan yang tidak dibawa kami masukkan ke dalam tenda. Semoga barang-barang yang tidak dibawa bisa aman dan tidak hilang. Peralatan yang dibawa summit hanya perlengkapan masak, air dan makanan untuk sarapan di Puncak.

Setelah semua team siap, tidak lupa sejenak merapatkan lengan-lengan kami untuk berdoa demi kelancaran summit attack Pangrango. Dari semua team hanya Bang Rudy yang pernah naik ke Pangrango itupun sudah lama sekali dan kondisi kali ini di malam hari. Baru berjalan beberapa menit, sudah sempat kebingungan terhadap jalur. Hmmm, cilaka! Tanda-tandanya akan menyeramkan. Namun alangkah beruntungnya, ketika kami bertemu dengan team lain yang akan melakukan summit attack juga. Akhirnya diputuskan bareng dengan Team Ruli. Lumayan, jadi lebih rame. Read the rest of this page »

Catatan Perjalanan Gunung Pangrango – Mencumbu Guguran Air Hutan Pangrango

Pangrango is one of the mountains in my dreams because its proximity to my idol Soe Hok Gie. About all the beauty that Pangrango have from the writings of Gie. He told about the valley Mandalawangi in verse Gie’s poem. That’s what made me curious, about beauty, life and peace in Mandalawangi.

Berbekal ide antara aku dengan Novi, rencana perjalanan ini memang tidak sampai sebulan menjalankannya. Terhitung 2 minggu sebelum keberangkatan, aku sudah booking rencana pendakian di www.gedepangrango.org/ (Taman Nasional Gede Pangrango) dengan mengurus SIMAKSI (Surat Ijin Masuk Kawasan Konsevasi). Seperti biasanya ada beberapa anggota yang sudah terdaftar, mengundurkan diri. Seleksi alamlah yang memilih orang-orang siap dan tepat dengan sendirinya. Kami mendaftarkan dua group pendakian, satu group Bagas dengan Fitra dan satu lagi Novi dengan aku. Dari beberapa artikel yang saya baca, perlu 7 jam perjalanan untuk sampai Puncak Pangrango dari Pos Cibodas (exclude kalau sering istirahat ya). Pengalaman pendakian Gede sebelumnya, proses pengeluaran SIMAKSI lumayan lama dan bisa keluar setelah jam 10 siang. Alhamdulillah, Bagas dapat kenalan penduduk di Cibodas yang menawarkan proses pengurusan SIMAKSI sehingga Jum’at malam SIMAKSI sudah ditangan. Meskipun menambah biaya sedikit untuk  mengganti ongkos keringat Penduduk itu.

Malam selepas pulang kantor langsung siap-siap untuk berangkat ke kampung rambutan. Janjian sama Bagas, Hatta, Dias dan Fitra pukul 20.00. Bertemu dengan beberapa rombongan lain yang ternyata juga mau ke Pangrango. Kami ditawari untuk carter mobil dari kampung rambutan ke cibodas. Boleh sih, kalau 20 ribu saja. Negoisasi berjalan alot dan akhirnyapun dapat juga dengan tambahan biaya 5 ribu. Lumayan berjepit-jepit di dalam mobil karena diisi dengan 9 orang.

Pukul 01 dini hari, kami sampai di pasar cibodas. Saya dan team menuju ke podok Bu Le’ sedangan rombongan lain ke pondok Mang Idi. Fitra langsung menghubungi penduduk yang mengurus SIMAKSI untuk mengambil surat ijin kami agar besok bisa berangkat pagi. Tak berapa lama kemudian teman saya Novi yang dari nonton konser sampai juga di Cibodas. Selain itu ada teman Bagas satu lagi yang datang dari bandung, Mas Rudi. Semua personel sudah lengkap dan akhirnya dini hari itu beristirahat sejenak di Pondok Bu Le’.

23 Juli 2011,

Cibodas - Background Pangrango

Cibodas – Background Pangrango

Pukul 06.00 kita siap-siap untuk memulai perjalanan. Pagi itu suasana cerah di Puncak Pangrango sehingga sayang kalau dilewatkan tanpa berfoto ria. Seperti biasa di pintu masuk hutan dilakukan pengecekan terhadap peralatan yang dibawa. Kita diminta untuk mendaftar bahan makanan kemasan yang ada dalam ransel. Setelah itu baru pendakian dimulai dengan memasuki komplek pengurus Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Read the rest of this page »

Ultralight Hiking dan Trekking

Apakah Ultralight hiking atau ultralight trekking itu??

Atau bisa juga pertanyaannya menjadi, kenapa orang-orang mau membawa beban 15 – 20 kg dengan ranselnya? yang didalamnya berisikan perbekalan, peralatan serta kebutuhan di saat berada di alam bebas. Dengan kondisi beban berat seperti itu akan membuahkan beberapa problem yaitu:

  • Lambat, membosankan
  • Kelelahan, lekas marah, dan rendahnya rasa kebersamaan saat di jalan setapak
  • Meningkatkan kemungkinan untuk terluka, sakit dipunggung, keseleo mata kaki, lutut nyeri, otot sakit, memar atau lecet, sakit dibagian pinggul serta bahu, dll.
  • Perjalanan hiking atau trekking yang panjang berarti juga akan membuat sedikitnya waktu untuk bersantai di tenda, menikmati asyiknya suasana saat di basecamp.
  • Saat kita mulai mendirikan tenda dan mencoba beristirahat, kita akan merasa sangat letih dan membuat malas untuk melakukan hal lain.

Semua hal diatas merupakan penghambat untuk menikmati alam sekitarnya, sedangkan tujuan kita ke alam bebas adalah untuk menikmatinya, jadi kenapa tidak kita rubah?? Bagaimana jika kita pergi dengan ransel ukuran 30 – 40 lt untuk perjalanan 3 hari 2 malam? dengan ukuran dan berat ini, perjalanan yang biasanya terasa berat karena beban berat dari ransel seukuran 70 lt, akan terasa lebih ringan, dan tanpa beban yang terlampau berat. Serta kita akan lebih bisa menikmati alam bebas sepanjang perjalanan, dan juga kita bisa lebih cepat sampai dilokasi basecamp tidak dalam keadaan sangat lelah.

Dengan pemilihan peralatan dan mengaturnya dengan tepat, ransel kapasitas 40 lt akan terasa sangat cukup sekali untuk perjalanan diatas. Mengenai contoh-contoh peralatan ultralight akan dibahas pada bagian lain.

Untuk siapa ultralight hiking (backpacking) itu?
Ultralight backpacking adalah untuk semua orang yang serius dengan kegiatan trekking atau naik gunung. Ransel yang berat akan merubah banyak orang baru yang tadinya mungkin akan bisa menikmati perjalanan trekking menjadi kapok dan tidak mau mencoba lagi.

Apakah aman?
Setiap ultralight hiker atau trekker membawa semua peralatan yang sama tingkat safety pointnya seperti halnya yang dibawa oleh hiker atau trekker pada umumnya. Seperti, pakaian, alat tidur, shelter, P3K, wadah air dll. Tetapi, seperti hal lainnya dalam hidup ini, tidak ada garansi bagi yang tidak berpengalaman, salah keputusanlah yang menyebabkan masalah dalam pendakian, bukanlah peralatan. Ini bisa terjadi pada seseorang yang membawa banyak peralatan tanpa mengerti untuk apa dan kapan digunakannya. Biasakanlah diri dengan tehnik pendakian, serta dengan peralatan, dan juga biasakanlah latihan emergency tehnik dan diatas semua itu adalah berlatih untuk mengambil keputusan yang tepat. Semakin sering anda berlatih maka akan semakin mengerti bagaimana meminimal peralatan tanpa mengurangi kenyamanan anda. Saat ini ada banyak sekali peralatan yang dibuat dan dirancang seringan mungkin. Akan tetapi harganya masih sangat mahal, meskipun begitu anda bisa merancangnya sendiri dan membuatnya, tentu saja biayanya jauh lebih murah.

Lalu, apakah sebenarnya Ultralight hiking atau trekking itu?
Ada banyak sekali individu-individu yang menerjemahkan arti Ultralight ini, tapi dari semua itu pada prinsipnya, ultralight hiking atau trekking itu adalah suatu cara atau tehnik melakukan perjalanan ke alam bebas dengan membawa peralatan dan perbekalan yang ringan dan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip safety prosedur serta juga kenyamanan kita selama berada di alam bebas. Dan prinsip ultralight ini bukan hanya untuk perseorangan saja akan tetapi bisa juga diterapkan dalam perjalanan berkelompok. Dan kesemuanya itu membutuhkan perhitungan yang matang pada perencanaan perjalanan. Perlu diingat ultralight disini bukanlah mengurangi kwantitas dari peralatan yang dibawa, akan tetapi membuat sebuah peralatan menjadi simpel dan enteng tanpa kehilangan kwalitas penggunaannya.

Peralatan ultralight hiking

Ada banyak sekali bermacam type peralatan ultralight yang beredar dipasaran, dan saat ini beberapa diantaranya bisa didapatkan di Indonesia, akan tetapi harga peralatan tersebut masih tergolong mahal. Meskipun demikian kita bisa merancang sendiri peralatan yang kita butuhkan dan membuatnya. Berikut adalah beberapa contoh peralatan ultralight yang ada dan sangat simple dalam penggunaannya.

Ransel

Semakin sedikit dan simple peralatan yang dibawa maka akan semakin kecil ransel yang dibutuhkan, hal tersebut juga merupakan kunci dari ultralight. Semakin simple suatu peralatan maka semakin kecil tempat yang dibutuhkan maka akan semakin banyak makanan yang bisa dibawa. Rencanakanlah dengan seksama lama perjalanan dan jumlah makanan yang dibawa. Carilah ransel yang simple dan ringan, ukuran 30 lt atau 40 lt sangat cocok untuk ultralight.

Lagi membutuhkan ransel visit this link, http://rakata_ind.tokobagus.com/

Sleeping Bag

Untuk sleeping bag saat ini ada jenis ultralight baik berbahan down maupun sintetis. Seperti contoh disini packing yang sangat kecil dan ringan. Diatas semua itu kemampuan isolasinya tidak berkurang.

Matras

Untuk matras atau alas tidur, saat ini ada bahan alumimium foil berlapis busa yang sangat ringan dan bisa dilipat, mekipun tipis tapi kemampuan aluminium menahan uap lembab dari tanah sangat baik sekali, jenis matrass ini tersedia dalam ukuran yang lebar dan cukup untuk tenda atau bivy untuk satu orang.

Shelter/Tenda

Shelter adalah suatu keharusan, jika akan bermalam di alam bebas. ada berbagai jenis shelter atau bivy ultralight untuk kapasitas satu orang. Trap juga bisa kita jadikan shelter, dengan sedikit improvisasi trap bisa dijadikan sebuah shelter yang nyaman dan tentu saja ringan dan tanpa kehilangan fungsinya sebagai shelter.

Alat Masak

Ada banyak sekali alat masak ultralight untuk penggunaan satu atau dua orang, sebagai contoh disini kompor spritus dengan satu misting dan penutupnya yang juga bisa berfungsi sebagai penggorengan. Selain kompor jenis spritus saat ini juga tersedia di pasaran kompor gas ultralight buatan primuss sweden.

Lagi membutuhkan cooking set, visit this link http://rakata_ind.tokobagus.com/

Cup/gelas

Untuk cup minum model sierra cup adalah pilihan yang baik sekali, karena selain bisa digunakan sebagai tempat minum kita juga bisa menggunakannya sebagai wadah untuk membuat eeg scramble atau jenis masakan simple lainnya, serta juga bisa dipakai untuk menghangatkan jagung manis dan lainya tergantung improvisasi.

Wadah Air

Tempat minum lipat dari plastik atau kulit sangat praktis dan tidak memakan tempat saat kosong, ada banyak sekali botol lipat saat ini beredar dipasaran, baik itu keluaran nalgene ataupun playtipus. Dan meskipun dalam keadaan diisi air tutupnya sangat rapat dan tidak bocor. Selain itu wadah air lipat untuk membawa air dari lokasi mata air ke tempat camping juga dibutuhkan yang praktis dan bisa dilipat. dibandingkan dengan botol aluminium atau plastik.

Pakaian

Jaket polar dan goretex adalah pilihan yang baik untuk isolasi dingin dan udara lembab, dan ponco adalah pilihan baik juga untuk perlindungan terhadap hujan, disamping bisa digunakan sebagai alas. Untuk pakaian bawalah pakaian yang sesuai dengan musim saat anda mengadakan perjalanan, t-shirt katun dan celana pendek katun tipis sangat baik untuk musim kemarau. Usahakan untuk merencanakannya seefisien mungkin agar tidak kelebihan atau kekurangan.

Hal lainnya

Hal lainnya adalah sama dengan peralatan trekking lainnya, seperti Senter, navigasi aids, survival kits, P3K praktis, dan lainnya. Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dalam perencanaan sebuah perjalanan dengan prinsip ultralight, adalah packing makanan. Buanglah setiap kotak atau bungkus makanan yang tidak penting, jika makanan bisa dipindahkan kedalam kantong plastik akan lebih mudah lagi dibanding jika tetap harus dalam kotaknya yang akan memakan tempat di dalam ransel serta tentu saja tambahan berat. Didalam ultralight hiking atau trekking, berat extra 1ons saja akan sangat mempengaruhi perjalanan kita.

Jika anda memutuskan untuk memakai gaya ultralight hiking atau ultralight trekking, jangan pernah berhenti untuk berimprofisasi dan mencoba hal baru dalam menimalkan peralatan anda tanpa mengurangi kemampuan peralatan tersebut.

Diambil / copy dari www.highcamp.info

Sawarna Village

19 Juli 2011

Jam 5 pagi, temen-temen sudah berkumpul di kantor. Elf sudah siap berangkat ke Sawarna. Namun sebelum menuju TKP, jemput komandan dulu Pak Widayat di TMII. Cukup lama menunggu Pak Wid, tak begitu jelas harus ketemu dimana. Intinya bulet sejam di TMII. Sekitar jam 7, team sudah lengkap yaitu Teh Heppy, Mba Tati, Ayu, Muji, Adit, Saya, Teh Lusi dan suaminya serta tak lupa Komandan Pak Wid (yang akhirnya kami bentuk Group Sensasi). Let’s go to Sawarna!

Perjalanan yang sangat panjang untuk sampai ke Desa Sawarna. Rute yang kami ambil adalah melalui Cikidang, Pelabuhan Ratu dan berakhir di Sawarna. Melewati perkebunan yang tertata rapi yang berbukit-bukit dan terasa sangat menantang. Namun ada yang janggal waktu itu karena mobil Elf nya saat melewati tanjakan sering tidak kuat dan hanya bisa memakai gigi satu. Yang terpikirkan hanya gimana nanti pulangnya? padahal perjalanan masih jauh dengan kondisi mobil yang begini (apa karena mobil disposal ya? :p). But everything is so fun!

Pelabuhan Ratu

Pelabuhan Ratu

Tercatat 5 jam duduk di kursi goyang mobil Elf. Pukul 12 siang kami baru sampai di desa ini, sudah include dengan nyasar dan tanya-tanya jalan ke orang ya. Kesan pertama sampai di Sawarna, desa yang terpencil dengan jalan yang banyak lubang. Ternyata meskipun dekat dengan Jakarta tapi masih ada aja suasana pedesaan.

Perut uda kelaparan dan pertama kali sampai di Sawarna langsung cari tempat makan. Tempat makan alakardanya tapi harganya lumayan mahal. Yah daripada kelaparan, penjualnya pasang harga tinggi karena tau kita dari jauh dan pasti jarang banget di toko dia. Dari sini juga akhirnya diputuskan untuk ke Goa Lalay terlebih dahulu baru ke Pantai Tanjung Layar.

Persawahan Sawarna

Persawahan Sawarna

Untuk menuju ke Goa Lalay kita akan melewati hamparan sawah yang hijau dan menyeberangi sungai dengan airnya yang jernih. Menikmati suasana seperti ini sungguh sangat menyejukkan hati jadi ingat dengan kampung halaman. Dalam perjalanan menuju goa, kami ditawari penduduk sekitar untuk ditemani ke dalam goa. Namun, kami urung dulu untuk memakai jasanya karena ingin berpetualang sendiri. Lebih menantang kalau sama-sama nggak tau kan. Setelah menyeberangi sungai dengan jembatan kayu yang khas, kami harus memutari batuan kapur. Tak lama kami sampai di muka goa yang sebenarnya kami sendiri nggak yakin benar itu goanya. Kami mencoba masuk ternyata didalam goa terdapat sungai yang cukup dalam, sampai diatas lutut. Kondisi seperti ini membuat kami tidak yakin untuk meneruskan perjalanan tanpa ada guide. Kebetulan disebelah goa ada penduduk yang sedang panen dan akhirnya kami meminta satu orang untuk menemani kami menjelajahi goa Lalay. Read the rest of this page »

Sempu Island (Part 2)

Pagi masih mendung dikawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Gerimis pagi mengawali hari ini. Tapi sayangnya tidak jadi hujan, mendung cuma lewat saja. Padahal kalau hujan bisa lebih gila. Pagi buta, suasana pasir pinggir segara anakan sudah ramai. Anjar sudah mengayunkan pancingnya namun sayang tidak ada ikan yang didapat dari semalam.

Mata saya tertarik oleh lekukan karang yang terbuka seperti pintu untuk melihat ke arah Samudra Hindia. Pemandangan dari punggungan karang ini sangat indah karena dapat melihat bebas sampai ke garis perbatasan langit dengan laut. Deburan ombak laut Selatan yang keras menjadi pelengkap indahnya sunrise di Pagi itu. Batu karang yang besar juga kita temui di tengah lautan lepas ini.

Segara Anakan

Segara Anakan

Pemandangan ke arah Segara Anakan juga tidak kalah menarik. Warna airnya yang menghijau dibatasi dengan karang-karang yang tegak tinggi, benar-benar mempesona hati. Karang di Segara Anakan berbentuk seperti pagar yang tinggi berjajar melindungi tempat ini dari Laut Samudra Hindia. Pada ujung yang berbatasan dengan Laut Lepas terdapat lubang yang menyebabkan air laut dapat masuk ke kawasan ini sehingga terbentuk danau. Danau inilah yang dinamakan Segara Anakan. Kalau di artikan dalam bahasa Indonesia adalah “Anak dari Laut”. Jadi terbayarlah meskipun untuk menuju ke tempat ini harus bergelut dengan lumpur-lumpur sedalam lutut kaki. Read the rest of this page »