"This is not about miles, every mountain has its own beauty to climb"

Sawarna Village

19 Juli 2011

Jam 5 pagi, temen-temen sudah berkumpul di kantor. Elf sudah siap berangkat ke Sawarna. Namun sebelum menuju TKP, jemput komandan dulu Pak Widayat di TMII. Cukup lama menunggu Pak Wid, tak begitu jelas harus ketemu dimana. Intinya bulet sejam di TMII. Sekitar jam 7, team sudah lengkap yaitu Teh Heppy, Mba Tati, Ayu, Muji, Adit, Saya, Teh Lusi dan suaminya serta tak lupa Komandan Pak Wid (yang akhirnya kami bentuk Group Sensasi). Let’s go to Sawarna!

Perjalanan yang sangat panjang untuk sampai ke Desa Sawarna. Rute yang kami ambil adalah melalui Cikidang, Pelabuhan Ratu dan berakhir di Sawarna. Melewati perkebunan yang tertata rapi yang berbukit-bukit dan terasa sangat menantang. Namun ada yang janggal waktu itu karena mobil Elf nya saat melewati tanjakan sering tidak kuat dan hanya bisa memakai gigi satu. Yang terpikirkan hanya gimana nanti pulangnya? padahal perjalanan masih jauh dengan kondisi mobil yang begini (apa karena mobil disposal ya? :p). But everything is so fun!

Pelabuhan Ratu

Pelabuhan Ratu

Tercatat 5 jam duduk di kursi goyang mobil Elf. Pukul 12 siang kami baru sampai di desa ini, sudah include dengan nyasar dan tanya-tanya jalan ke orang ya. Kesan pertama sampai di Sawarna, desa yang terpencil dengan jalan yang banyak lubang. Ternyata meskipun dekat dengan Jakarta tapi masih ada aja suasana pedesaan.

Perut uda kelaparan dan pertama kali sampai di Sawarna langsung cari tempat makan. Tempat makan alakardanya tapi harganya lumayan mahal. Yah daripada kelaparan, penjualnya pasang harga tinggi karena tau kita dari jauh dan pasti jarang banget di toko dia. Dari sini juga akhirnya diputuskan untuk ke Goa Lalay terlebih dahulu baru ke Pantai Tanjung Layar.

Persawahan Sawarna

Persawahan Sawarna

Untuk menuju ke Goa Lalay kita akan melewati hamparan sawah yang hijau dan menyeberangi sungai dengan airnya yang jernih. Menikmati suasana seperti ini sungguh sangat menyejukkan hati jadi ingat dengan kampung halaman. Dalam perjalanan menuju goa, kami ditawari penduduk sekitar untuk ditemani ke dalam goa. Namun, kami urung dulu untuk memakai jasanya karena ingin berpetualang sendiri. Lebih menantang kalau sama-sama nggak tau kan. Setelah menyeberangi sungai dengan jembatan kayu yang khas, kami harus memutari batuan kapur. Tak lama kami sampai di muka goa yang sebenarnya kami sendiri nggak yakin benar itu goanya. Kami mencoba masuk ternyata didalam goa terdapat sungai yang cukup dalam, sampai diatas lutut. Kondisi seperti ini membuat kami tidak yakin untuk meneruskan perjalanan tanpa ada guide. Kebetulan disebelah goa ada penduduk yang sedang panen dan akhirnya kami meminta satu orang untuk menemani kami menjelajahi goa Lalay.

Mulut Goa Lalay

Mulut Goa Lalay

Perjalanan mengesankan baru dimulai saat memasuki muka goa. Aliran deras dan dalamnya sungai itu membuatku merinding masuk ke dalam kegelapan goa. Bermodal headlamp yang  kupakai, akhirnya aku dan group SenSasi menjelajahi goa dengan arahan guide. Banyak stalagtit dan stalagmit yang luar biasa di dalam goa ini. Bentuknya pun yang bermacam-macam sangat membuatku terkesan. Tapi hati-hati dalam melangkah karena saat menyusuri sungai kita tidak tau bahwa dasar sungai banyak batu yang lancip bisa kena kaki.  Kadang kita harus naik ke atas pinggiran sungai untuk melewati bagian sungai yang tidak dapat ditembus badan. Lumayan seru saat melewati pinggiran sungai karena berupa lumpur yang dalam dan banyak sekali kotoran kelewar yang sebenarnya bikin aku jijik. Ribuan kelelawar yang menggantung diatap goa. Kami arahkan senter ke arah kerumunan kelelawar dan mereka pun tidak terganggu dengan kehadiran kami ditempat ini. Cukup jauh kami memasuki goa, ada sekitar setengah kilo. Sebenarnya goa ini masih panjang namun kami berhenti ditempat seperti pelataran yang untuk melanjutkan perjalanan harus melalui celah yang sangat sempit. Tak ada yang lain selain ambil gambar. Jepret sana, jepret sini.

Caving Goa Lalay

Caving Goa Lalay

Ada satu moment yang sangat menarik adalah ketika kami semua mematikan lampu senter. Dunia ini terasa sangat gelap sekali, apalagi semua team berdiam. Saya serasa hidup sendiri dalam kegelapan. Jadi alangkah beruntungnya kita jika masih diberi kenikmatan dapat melihat dunia dan memiliki banyak teman yang selalu menemani. Itulah SenSasinya menyusuri goa kali ini.

Jembatan Kayu

Jembatan Kayu

Setelah berkumpul kembali ke Mobil Elf, langsung melanjutkan perjalanan ke Pantai Ciantir. Ternyata jaraknya nggak terlalu jauh, hanya satu km saja. Dari tempat parkir mobil di pinggir jalan ke Pantai lumayan jauh. Kami memutuskan jalan kaki. Seperti biasa dibuka dengan menyeberangi sungai yang lumayan lebar dengan jembatan kayu yang bergoyang-goyang. Cukup membuat dunia bergoyang serasa melayang terkena angin. Jalur menuju pantai melewati gang-gang permukiman warga yang banyak disewakan sebagai cottage. Pasti tidak akan menyangka karena ternyata banyak Bule-Bule disini. Ternyata yang mereka cari adalah ombak di Pantai Ciantir ini yang bagus untuk selancar. Setelah berjalan sekitar 2 Km, sampailah di bibir Pantai. Pantai dengan pasir putih dan ombak yang cukup besar. Pantainya berjajar panjang dari barat ke timur. Suasana sore itu masih sepi karena matahari masih lumayan terik. Tapi tenang karena banyak warung yang menyediakan tempat berteduh disertai makanan cemilan. Duduk bersama dipinggir pantai, menikmati deburan ombak sungguh menyenangkan.

Persawahan Sawarna

Persawahan Sawarna

Pasir Putih Ciantir

Pasir Putih Ciantir

Pantai Ciantir

Pantai Ciantir

Sebenarnya kita mau ke pantai Tanjung Layar, namun kata Pak Wid pantai itu ada disebelah barat Pantai Ciantir. Karena Tanjung layar paling bagus momentnya untuk sunset. Pantai Tanjung Layar adalah pantai yang ada batu berbentuk seperti layar perahu yang besar. Dia mengajak kembali ke Mobil dan pergi ke pantai sebelah baratnya (asumsinya Letak Tanjung Layar) agar dapat moment sunsetnya. Padahal aku sempat melihat ada batu seperti bentuk tanjung layar disebelah timur pantai ini. Aku kira itu Pantai Tanjung Layar, eh saat tanya ke penjual di Warung benar. Dan alangkah apesnya Pak Wid dan beberapa teman lain sudah kembali ke mobil.  Setelah diskusi dengan beberapa teman lain, mereka sudah terlalu capek untuk jalan kembali ke Pantai Tanjung Layar. Akhirnya diputuskan untuk naik mobil lagi menuju ke sebelah Barat mencari Pantai yang bisa dapetin momen sunset tanpa jalan kaki.

Berangkatlah kita mencari tempat untuk menikmati sunset. Jalannya ternyata memasuki hutan yang gelap. Sebenarnya agak ngeri juga takut nanti pulangnya melewati hutan ini lagi dalam gelap malam. Ya takutnya ada kejahatan di malam hari. Tapi karena masih sering berpapasan dengan mobil lain, hati menjadi lebih tenang. Setengah jam-an berlalu, akhirnya menemukan pantai dan saya lupa nama pantai itu. Kami memutuskan untuk berhenti disitu dan menikmati sunset sore itu. Bermain-main dipinggir pantai yang memiliki banyak karang ternyata mengasyikkan. Apalagi ternyata banyak ikan-ikan hias yang terjebak dalam karang. Sampai drivernya pun, ikut mencari ikan dengan meminjam jaring ke warung sebelah.

Sunset sore itu, sangat indah sekali. Bulatan matahari begitu jelas dan besar di selingi dengan awan putih semburat menjadi pelengkap akhir petualangan kami. Satu harapan semoga group SenSasi bisa terus bareng-bareng menjelajahi keindahan Indonesia dan akhirnya tujuan utama untuk refreshing dari penatnya pekerjaan di Ibukota bisa selalu tercapai dengan jiwa petualang kami. Salam SenSasi!!!

Pantai Bayah

Pantai Bayah

5 responses

  1. Pancen Kertajaya!!!transport e mrono kudu nyarter elf y?g adakah altrnatif yg lain?

    7 November 2011 at 6:12 pm

    • rankga

      Seingetku nggak ada angkot nir, jalannya pun masih agak terpencil dan rusak. Jadi kalau mau kesana kebanyakan carter mobil atau bawa kendaraan motor sendiri. Tapi lumayan jauh 5-6jam tergantung macet apa nggak di puncak. Goane keren, cuma nggak bisa lanjut sampai mentok karena jalurnya ke celah-celah sempit. Nggak punya peralatan.

      8 November 2011 at 9:36 am

  2. Ayu

    Mantapp mas Rangga.. 🙂

    25 September 2012 at 10:43 am

    • rankga

      hehe iya ayy.. indahnya jalan-jalan. next trip next trip

      25 September 2012 at 12:17 pm

  3. muji

    Hayuk lah udah lama nggak nee

    6 November 2014 at 2:32 pm

Leave a comment